Menjadi Pekerja yang Amanah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Menjadi Pekerja yang Amanah adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 6 Safar 1446 H / 11 Agustus 2024 M.
Kajian Tentang Menjadi Pekerja yang Amanah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu ada tiga: apabila berbicara, ia berdusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanah, ia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Agar kita dapat menjaga amanah, maka kita membutuhkan beberapa hal berikut ini.
Memiliki rasa takut kepada Allah
Rasa takut ini harus tumbuh dalam hati, karena kita harus sadar bahwa jika tidak menunaikan amanah atau berkhianat, kita berdosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dosa ini membawa kesialan di dunia dan akhirat.
Menjadi orang yang profesional
Kedua, untuk benar-benar amanah, kita harus menjadi orang yang profesional. Artinya, kita harus melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang, apabila melakukan suatu pekerjaan/amal, ia melakukannya dengan sebaik-baiknya (itqan).” (HR. Bukhari)
Kita harus berusaha untuk selalu meningkatkan diri dan melakukan introspeksi atau muhasabah. Bagaimana selama ini kita bekerja? Jika tidak muhasabah, kita mungkin merasa sudah melakukan pekerjaan dengan baik, padahal sebenarnya banyak kekurangan yang tidak disadari.
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Kita harus menyadari bahwa setiap perbuatan akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pertanggungjawaban terbesar adalah kepada-Nya. Di dunia, mungkin kita bertanggung jawab kepada pemimpin, tetapi di akhirat, kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, penting untuk selalu muhasabah dan memperbaiki diri.
Sering kali kita perlu melakukan muhasabah atau introspeksi diri, terutama ketika kita diluruskan atas kekurangan atau kesalahan. Jika ada yang mengoreksi, kita seharusnya menyadari hal tersebut dan berterima kasih, bukan malah marah atau merasa tersinggung.
Sebagian orang bekerja dengan malas, namun tetap mengharapkan gaji penuh. Padahal jika diberikan gaji penuh, dia akan berdosa. Karena dia sudah mengambil gaji yang tidak layak untuknya.
Kita perlu introspeksi sebelum bekerja. Pertama, periksa niat. Apakah niat bekerja untuk mencari nafkah guna menafkahi anak dan istri, yang hukumnya wajib dan mendatangkan pahala? Kedua, apakah niat kita dalam bekerja untuk menunaikan amanah, yang juga hukumnya wajib dan mendapatkan pahala besar? Dengan niat yang baik inilah, kita bisa meraih pahala yang besar.
Selanjutnya, setelah bekerja, penting untuk muhasabah kembali. Apakah selama bekerja sudah menjalankan amanah dengan baik? Apakah ada kekurangan dalam pekerjaan kita? Setan sering kali menggoda untuk tidak amanah, misalnya dengan mengalihkan perhatian kita ke hal-hal di luar pekerjaan, seperti bermain game atau terlalu sibuk dengan WhatsApp. Ini sangat berbahaya karena kita kurang amanah.
Selain itu, kita juga harus introspeksi tentang kedisiplinan waktu. Jangan sampai kita melakukan korupsi waktu, misalnya bekerja dari jam tertentu tetapi baru masuk satu jam setelahnya. Jika kita tetap menerima gaji penuh sementara ada waktu yang dikorupsi, maka gaji satu jam tersebut menjadi haram dan sama saja memasukkan api neraka ke dalam perut.
Saling Menasihati dalam Bekerja
Sangat penting bagi kita untuk saling menasihati. Jika ada teman yang bekerja dengan seenaknya atau semena-mena, janganlah didiamkan. Harus saling menasihati dalam kebenaran. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Asr [103]: 1-3).
Jika kita tidak saling menasihati dan cuek terhadap kesalahan teman, akibatnya kita membiarkan teman untuk terus melakukan kesalahan yang sebenarnya mampu kita ingkari. Akibatnya, kita menjadi seperti “setan bisu” (syaithan akhras), sebagaimana kata para ulama.
Namun, saling menasihati ini memang memerlukan kesiapan dari kedua belah pihak, baik yang menasihati maupun yang dinasihati. Seringkali, yang sulit adalah menerima nasihat. Ketika dinasihati, banyak orang yang tidak terima. Hal ini biasanya disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhan dalam hati. Kita merasa sudah sempurna dan telah melakukan segalanya dengan sebaik-baiknya, padahal kenyataannya tidak demikian.
Banyak orang yang, ketika diberi tahu kesalahannya, malah marah dan memusuhi orang yang menasihatinya. Ini adalah masalah besar dan merupakan penyakit. Al-Imam Adz-Dzahabi menyebutkan perkataan Ibrahim bin Adham, yang mengatakan bahwa belum mengenal Allah seseorang yang masih mencintai ketenaran. Menurut Imam Adz-Dzahabi, tanda orang yang ikhlas adalah ketika dia diingatkan akan kesalahannya, hatinya tidak merasa panas atau ngeyel, tetapi dia mengakui kesalahannya. Bahkan, dia berdoa:
رَحِمَ اللَّهُ مَنْ أَهْدَى إِلَيَّ عُيُوبِي
“Semoga Allah merahmati orang yang menunjukkan kesalahanku.”
Masya Allah, ini adalah tanda orang yang hebat dan ikhlas, karena dia bersedia diingatkan dan dinasihati. Sifat ini sangat kita butuhkan dalam bekerja.
Saling Membantu dalam Bekerja
Saudaraku seiman, agar kita amanah dalam bekerja, sangat penting untuk saling bahu-membahu dan membantu satu sama lain. Tidak baik jika seseorang individualis dalam bekerja. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Ma’idah [5]: 2).
Perlu kita ingat, setan selalu berusaha menanamkan bibit-bibit permusuhan di antara kita, sehingga kita saling membenci dan tidak suka satu sama lain. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di Jazirah Arab, akan tetapi ia (bersemangat) untuk menanamkan permusuhan di antara mereka.” (H.R Muslim)
Permusuhan sering kali berawal dari prasangka buruk, yang biasanya muncul karena kurangnya komunikasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk saling membantu dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan, serta menghindari membantu dalam dosa dan permusuhan. Kita harus berusaha untuk saling bahu-membahu, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Mencintai Pekerjaan
Saudaraku seiman, agar kita dapat amanah dalam bekerja, penting bagi kita untuk berusaha mencintai pekerjaan kita. Jika seseorang melakukan pekerjaan dengan keterpaksaan atau tidak menyukai pekerjaannya, biasanya hasilnya tidak optimal. Maka salah satu cara untuk menjadi amanah adalah dengan mencintai pekerjaan tersebut dan merasa memilikinya. Dengan begitu, semangat dalam bekerja akan meningkat, karena cinta adalah sumber semangat.
Sebagai contoh, jika seseorang mencintai harta, pasti ia semangat mencari harta. Jika mencintai seseorang, semangat untuk mendapatkannya pun tinggi. Semangat muncul karena adanya cinta dan harapan. Oleh karena itu, kita perlu berusaha mencintai pekerjaan kita.
Bagaimana cara mencintai pekerjaan? Pertama, kita harus menilai apakah pekerjaan kita sesuai dengan syariat atau tidak. Jika sesuai dan halal, alhamdulillah. Kedua, apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan keahlian dan bakat kita? Jika iya, alhamdulillah. Selanjutnya, kita tinggal menikmati pekerjaan tersebut sambil meniatkan untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah.
Tawakal kepada Allah
Ketika melakukan pekerjaan, jangan pernah lepas dari tawakal, karena kita tidak mungkin bisa melakukan pekerjaan tanpa bantuan dari Allah. Jika Allah tidak membantu, kita tidak akan mampu, tetapi jika Allah membantu, pasti kita bisa melakukannya. Jangan pernah menyandarkan diri hanya pada skill dan kemampuan semata. Memiliki skill sangat bagus, tapi sebesar apa pun skill kita, tanpa bantuan Allah tetap akan sulit.
Allah berfirman:
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Ma’idah [5]: 23)
Tawakal sangat dibutuhkan dalam setiap aktivitas kita. Bahkan saat makan pun kita harus tawakal. Ketika berangkat dari rumah, kita mengucapkan:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.”
(HR. Abu Dawud)
Lihat: Doa Keluar Rumah
Berdoa meminta kekuatan dan kesabaran
Selain tawakal, doa juga sangat penting. Meminta kepada Allah kekuatan dan kesabaran, karena melaksanakan pekerjaan membutuhkan kesabaran, apalagi jika pekerjaan tersebut membosankan, tidak kita sukai, atau berat. Oleh karena itu, mohonlah kepada Allah agar diberikan kesabaran dalam melaksanakan pekerjaan. Doa adalah senjata setiap orang yang beriman. Jangan pernah lupa untuk banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal-Hal yang Perlu Dihindari dalam Bekerja
Ada beberapa hal yang perlu kita hindari dalam bekerja agar kita dapat menjalankan amanah dengan baik.
Pertama, hindari sifat malas. Sifat ini tidak disukai oleh Allah, karena seorang mukmin harus selalu semangat. Salah satu hikmah mengapa kita disuruh menahan menguap adalah karena menguap menimbulkan rasa malas, sementara bersin menimbulkan semangat.
Lihat: Adab Bersin dan Menguap
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
اِحْرِصْ عَلٰى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللّٰهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan lemah.”
(HR. Muslim)
Kedua, hindari tergesa-gesa dalam bekerja. Ketergesa-gesaan biasanya menghasilkan pekerjaan yang tidak maksimal dan mengecewakan. Dalam sebuah riwayat,
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Tergesa-gesa adalah dari setan.”
Ketiga, hindari sifat tidak qana’ah atau merasa tidak cukup. Jika qadarullah gaji kita kecil dibandingkan dengan yang lain, mungkin itu sesuai dengan pekerjaan kita. Kemudian kita harus berfikir juga bahwa yang sedikit ini saja belum bisa disyukuri, bagaimana dengan yang banyak? Gaji yang kecil jika disyukuri, maka insyaAllah berkah. Allah berfirman:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
Lihat: Sifat Qanaah
Keempat, hindari iri hati terhadap karunia yang Allah berikan kepada orang lain. Allah berfirman:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ
“Dan janganlah kalian mengharap-harapkan sesuatu yang Allah telah utamakan sebagian kalian diatas sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa’ [4]: 32)
Terakhir, hindari persaingan yang tidak sehat dalam bekerja. Saling menjatuhkan dan menjelikan satu sama lain tidak akan membawa kebaikan. Sifat tamak terhadap harta dan kedudukan sering kali menjadi penyebabnya.
Sebagai penutup, penting bagi kita untuk ikut serta duduk dalam majelis taklim, sempatkan walaupun hanya bisa sepekan sekali. Karena keberkahan itu dari ilmu dan amal shalih.
Kewajiban kita untuk terus memperbaiki diri. Sehingga kita termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits:
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila melakukan suatu pekerjaan, dia melakukannya dengan itqan (profesional).” (HR. Bukhari)
Dengarkan dan Download Kajian Menjadi Pekerja yang Amanah
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Menjadi Pekerja yang Amanah” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54366-menjadi-pekerja-yang-amanah/